DPWK UNDIP || Pengetahuan tentang ketahanan kota dan wilayah telah berkembang pesat selama dekade terakhir. Sangat disayangkan bahwa ternyata perkembangan pengetahuan tersebut belum mampu diterjemahkan dengan baik ke dalam kebijakan publik. Padahal integrasi keduanya memainkan peran penting dalam mewujudkanketahanan serta perilaku adaptif dari para pemangku kepentingan, khususnya dalam menghadapi ancaman yang menyertai dinamika pembangunan kota dan wilayah, baik secara fisik, ekonomi, politik, sosial maupun kelembagaan.

Kota Semarang menjadi contoh sukses dalam upayanya membangun ketahanan kota. Hal ini terbukti dengan terpilihnya Kota Semarang menjadi salah satu bagian dari Program 100 Resilient Cities yang diinisiasi oleh Rockefeller Foundation. Berkaitan dengan hal tersebut, Initiative for Regional Development and Environmental Management (IRDEM) bekerjasama dengan Departemen Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Diponegoro dan Pemerintah Kota Semarang menyelenggarakan konferensi internasional “The 3rd International Conference on Regional Development (ICRD) 2016” pada 9 – 11 November 2016 di Balaikota Semarang. Pada kali ketiga pelaksanaan ICRD ini, tema utama yang diangkat adalah Enhancing Resilience: Bridging Knowledge and Policy for Cities and Regions.

Penyelenggaraan konferensi internasional ini merupakan wujud kontribusi Departemen Perencanaan Wilayah dan Kota UNDIP dalam mendukung peningkatan ketahanan kota dan wilayah dengan menjembatani antara disiplin keilmuan dengan praktik kebijakan. Pada kesempatan ini, dilaksanakan penandatanganan Memorandum of Agreement antara Fakultas Teknik Universitas Diponegoro danInstitute for Global Environmental Strategies (IGES) Jepang guna meningkatkan kerjasama akademis kedua institusi. Hal ini bertujuan untuk mendorong peningkatan jaringan yang lebih luas bagi kedua institusi.

ICRD 2016 diikuti oleh kurang lebih 200 peserta dari berbagai negara yang tersebar di lima benua untuk mendiskusikan berbagai tema terkait ketahanan kota dan wilayah yang dapat ditemui di berbagai bidang pembangunan. Semarang sendiri sebagai salah satu kota pesisir yang rentan terhadap berbagai krisis lingkungan dan sosial memiliki daya tarik tersendiri sebagai laboratorium kota yang mengundang para akademisi, peneliti, dan praktisi untuk datang dan mempelajari kondisi di lapangan secara langsung.

Pembicara dari berbagai latar belakang diundang untuk memperkaya pembelajaran dan diskusi dalam konferensi. Mereka adalah para profesional yang aktif memberikan gagasan serta kontribusi terkait pengembangan konsep dan praktik peningkatan ketahanan kota dan wilayah baik di dalam maupun luar negeri. Pembicara utama yang hadir dan berbagi pemikiran serta pengalaman mereka selama konferensi ini berasal dari Universitas Diponegoro, Griffith University (Australia), Technische Universität Berlin (Jerman), University of Hawai’i Manoa (USA), University of Hong Kong, Mercy Corps Indonesia, 100 Resilient Cities, City Planning Lab-The World Bank, dan Institute for Global Environmental Strategies (IGES) Jepang.

Dua hari pertama dari rangkaian konferensi internasional ini terdiri dari paparan pembicara pleno dan sesi presentasi dari peserta, jejaring temu alumni Kementerian PUPERA-MPWK UNDIP, dan Joint Studio Program dengan mahasiswa S2 dari University of Hawai’i Manoa (USA) di Gedung Mochamad Ihsan, Balaikota Semarang, sedangkan hari ketiga dilanjutkan dengan kunjungan lapangan ke beberapa lokasi percontohan yang sudah mengaplikasikan konsep ketahanan di Kota Semarang, di antaranya Mangrove Tapak Tugurejo dan Desa Wisata Kandri, Gunungpati.