Prof. Dr. Felicitas Hillmann, Adjunct Professor di DPWK Undip, adalah Guru Besar di Technische Universität (TU) Berlin dengan bidang keahlian perencanaan kota dan migrasi. Program Adjunct Professor sebagai bagian dari Program World Class University Undip mengundang beliau untuk meningkatkan eksposure internasional DPWK Undip terutama untuk riset, pengajaran, dan pengembangan inovasi dalam berbagai kegiatan akademik lainnya. Program ini sejalan dengan akreditasi internasional ASIIN yang diperoleh DPWK Undip di awal tahun 2022.
Prof. Felicitas membagikan refleksi yang menarik dari pengalaman Beliau dalam program Adjunct Professor di DPWK Undip berikut ini:
Q: Apa yang membuat Prof. Felicitas tertarik untuk berpartisipasi dalam Program Adjunct Professor di Undip?
A: Saya telah berhubungan dengan DPWK Undip selama lebih dari 10 tahun, karena kami melakukan penelitian tentang migrasi di wilayah pesisir Jawa. Pada saat itu, Saya mendatangi Prof. Wiwik dan Prof. Iwan karena mereka juga telah berhubungan dengan beberapa Universitas di Jerman. Kami mulai melakukan survei dan sejak saat itu kami selalu melanjutkan kerja sama. Kami memiliki program di TU Berlin yang disebut SMUS atau GCSMUS (Global Center of Spatial Methods for Urban Sustainability) yang melibatkan banyak akademisi dari Undip. Kami juga memiliki mahasiswa doktor dari Indonesia di TU Berlin. Jadi, ketika Prof. Wiwik mengajak Saya bergabung sebagai Adjunct Professor, Saya pikir itu sempurna.
Selain itu, kami juga berfokus pada micro study yang secara detail menyoroti topik-topik terbaru yang muncul. Jerman dan Indonesia saat ini memiliki kesepakatan tentang perekrutan perawat di masa depan. Saya pikir itu adalah topik penting bagi kedua negara, dan ini menarik dalam hal akademis karena ketika kita berbicara tentang populasi, tidak seperti pada tahun-tahun sebelumnya dimana kita berbicara tentang fertilitas dan mortalitas, saat ini isu migrasi semakin penting. Migrasi membutuhkan pemerintahan yang adil dan cerdas, agar bisa memberikan manfaat bagi negara asal dan negara tujuan, juga para migran itu sendiri. Ini bisa menjadi peluang untuk pembangunan, karena migrasi perlu terhubung dengan pembangunan berkelanjutan. Topik gender juga penting, terutama tentang bagaimana perempuan dapat berperan. Kedua topik ini juga banyak dielaborasi oleh DPWK, dan Saya menikmati belajar tentangnya.
Kedua topik ini kemudian perlu dipertimbangkan dalam pertanyaan penelitian ke depannya. Seiring dengan perspektif Perencanaan Wilayah dan Kota untuk kepentingan keberlangsungan kehidupan manusia. Pertanyaannya adalah “Apa yang bisa kita lakukan terkait kesejahteraan masyarakat dan perubahan lingkungan (termasuk perubahan iklim)? Apa yang bisa kita tawarkan? Bagaimana kita dapat mencapai keberlanjutan dengan memperhatikan konteks demografi?”.
Selain terkait dengan penelitian, Saya juga tertarik dengan program ini karena adanya kesempatan untuk bergabung dalam berbagai fliedtrip di sini, dan saya sangat menyukainya.
—
Q: Bagaimana kesan Prof. Felicitas selama berada di Indonesia?
A: Saya sangat menikmatinya. Tentu saja, ada masalah terkait adaptasi, tetapi orang-orang di sini sangat ramah. Saya juga mulai belajar Bahasa Indonesia. Saya sangat menghargai budaya negara ini – salah satunya batik, karena tidak setiap negara memiliki budaya seperti itu. Saya juga menghadapi beberapa masalah, seperti suhu yang panas di Indonesia. Tetapi secara keseluruhan, saya menikmati kunjungan saya di sini.
—
Q: Apakah ada pengalaman yang mengesankan atau tak terlupakan selama Prof. Felicitas terlibat dalam Program Adjunct Professor di Undip?
A: Pengalaman fieldtrip ke Filipina bersama Prof. Wiwik untuk melihat lebih dalam terkait persoalan perawat. Ketika kami melaksanakan micro study, kami merasa bahwa kami perlu pergi ke Filipina untuk memahami topik tersebut. Kami bertemu dengan kolega kami di NUPS Network (Network Unit Paradigm Shift – sebuah jejaring yang menghubungkan akademisi di berbagai bidang ilmu terkait migrasi melalui kerangka interdisiplin) dan kami berdiskusi dengan banyak orang di Filipina selama beberapa hari. Ini sangat menarik untuk bisa bepergian bersama Prof. Wiwik dan melakukan wawancara.
Pengalaman lainnya yang mengesankan bagi saya juga adalah kunjungan ke Wonosobo. Ini menjadi pengalaman yang sangat menarik untuk melihat bagaimana DPWK Undip memahami pendekatan yang transdisiplin melalui mata kuliah Studio Perencanaan.
—
Q: Bagaimana pendapat Prof. Felicitas terhadap kegiatan pengajaran dan interaksi antara dosen dan mahasiswa di DPWK Undip?
A: Kemarin saya mengajar di kuliah umum tentang model-model peremajaan kota di Eropa, yaitu di Berlin, Genova, dan Roma di masa lampau, masa kini, dan masa depan. Itu sangat menakjubkan, interaktif, dan menurut Saya, kita bisa belajar banyak dari pengalaman yang berbeda antara di Eropa dan di Indonesia.
Saya menyukai pengalaman mengajar di perkuliahan, dan saya pikir ini adalah pendekatan yang baik di departemen ini, karena difokuskan pada internasionalisasi untuk melakukan pertukaran pembelajaran tentang kebijakan dalam bidang perencanaan wilayah dan kota. Saya pikir itu adalah langkah ke depan, karena saya melihat salah satu masalah utama di Indonesia adalah berkaitan dengan lingkungan (antara lain pengelolaan limbah dan plastik). Ini bisa sulit tetapi juga mudah karena Saya telah melihat contoh di Tambaklorok selama perjalanan lapangan kami.
Saya menuliskan pengalaman saya di Indonesia dalam blog Saya, dapat dilihat pada link berikut ini:
- Bagian 1:
- Bagian 2:
- Bagian 3:
Menurut Saya, kondisi di Tambaklorok ini adalah contoh yang sangat baik tentang bagaimana kondisi terus berjalan dengan dinamis dan secara khusus tentang lingkungan yang terdampak bencana rob dan dikatakan tenggelam. Kita perlu untuk memikirkan kebijakan yang holistik. Ini menjadi salah satu contoh bahwa internasionalisasi untuk pertukaran pembelajaran menjadi penting dan menarik. Bagi Saya, mahasiswa di sini sangat terbuka dengan ide baru, dan Saya melihat bahwa mahasiswa di Indonesia lebih banyak tertawa, dan ini adalah hal yang baik.
Q: Undip bercita-cita menjadi World Class University. Apakah Prof. Felicitas memiliki harapan untuk Undip ke depannya, atau khususnya untuk DPWK?
A: Cara yang sudah dilakukan sudah bagus. Saya tidak terlalu menekankan pada publikasi dalam jurnal. Yang tertpenting adalah memiliki komunitas akademisi yang hidup atau lively, di mana civitas akademik dapat mempelajari topik-topik menarik dan mahasiswa dapat melakukan penelitian yang relevan, serta mengembangkan kolaborasi internasional, misalnya joint seminar.
Sebagai contoh, ada 12 mahasiswa dari Jerman di sini beberapa waktu lalu, dan itu sangat mengesankan bagi mahasiswa kami untuk melihat bagaimana pengalaman belajar di negara lain, dan juga menarik bagi mahasiswa di Undip untuk melihat pendekatan yang digunakan di negara kami. Jika kita bisa saling belajar, Saya pikir itu adalah cara yang tepat. Jangan terlalu berfokus pada produk yang harus dapat dikuantifikasi, karena itu akan membatasi inovasi. Menurut saya, komunitas yang hidup dari mahasiswa dan dosen jauh lebih penting. Universitas memiliki kewajiban untuk menjadi pemangku kepentingan yang independen, karena orang di lapangan akan berbicara terbuka jika Anda berasal dari universitas, sehingga kita bisa melihat persoalan sebenarnya di lapangan dengan lebih baik dan menentukan upaya ke depannya dengan tepat.