Lanskap budaya mengacu pada ruang yang mengalami intervensi akibat aktivitas manusia dalam memenuhi kebutuhannya. Perubahan lingkungan alam menunjukkan adanya hubungan yang kompleks antara manusia dan lingkungan dimana dapat dikaji dari berbagai perspektif. Dari perspektif lingkungan, alam memainkan peran penting dalam membentuk lanskap budaya. Daerah yang kaya akan sumber daya alam lebih mendukung aktivitas pengembangan pertanian dan perumahan, sedangkan daerah dengan sumber daya yang terbatas cenderung membatasi pembangunan. Dari perspektif ekonomi, industri dan pertambangan sering kali menyebabkan pencemaran lingkungan, sementara sektor-sektor seperti pariwisata dan pertanian dapat berkontribusi pada pelestarian lingkungan. Perspektif kebijakan lebih mengatur kegiatan ekonomi apa yang diperkenankan sehingga tidak berdampak negatif terhadap lingkungan.

Kompleksitas dalam lansekap budaya melatarbelakangi adanya simposium yang mengusung tema “Cultural Landscape: Insights from Environment, Economy, Policy and Health”. Tujuan symposium adalah untuk mengeksplorasi kompleksitas hubungan manusia dan lingkungan yang ditinjau dari berbagai perspektif. Beberapa aspek yang diperhatikan antara lain warisan budaya, lingkungan, kegiatan ekonomi, kerangka  kebijakan, dan kesehatan masyarakat. Aspek-aspek tersebut  saling terkait dan mempengaruhi satu sama lain, yang pada akhirnya membuat lanskap budaya berdampak dalam proses pembentukan karakteristik masyarakat dan kesejahteraan manusia. Selain itu juga di diskusikan mengenai praktik-praktik yang berkelanjutan dalam mengelola lanskap budaya.

Simposium ini merupakan Kerjasama antara Laboratorium Perancangan Kota dan Pembangunan, Departemen Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro dengan Asian Cultural Landscape Association (ACLA), International Cultural Foundation (ICF), Ikatan Arsitek Landscape Indonesia (IALI) Jawa Tengah, dan Pemerintah Kota Semarang. Kegiatan the 13th ACLA International Symposium & 2nd ICF Cultural Diversity Forum yang diselenggarakan di Gedung Oudetrap Kota Semarang, pada 16 Juni 2024 yang dihadiri oleh negara-negara peserta ACLA, akademisi, maupun praktisi pemerhati lansekap budaya. Keynote speaker pada symposium ini berasal dari dalam dan luar negeri yaitu Prof. Ir. Bambang Susantono MCP., MSCE., Ph.D. (Kepala Otorita Ibu Kota Nusantara), Prof. Chun Hyun Jin (Nanjing University of Aeronautics and Astronautics, Cina), Prof. Nappy L. Navarra, D.Eng (University of The Philippines Diliman), Prof Zenaida DC. Galingan (University of The Philippines Diliman), dan Pemerintah Kota Semarang. Kegiatan ini terkait dengan tujuan pembangunan berkelanjutan, terutama tujuan yang ke sebelas, yaitu mewujudkan kota dan masyarakat yang berkelanjutan.